Balai Ummi, Mempersiapkan Generasi Sejak Dini
https://yayasan-ummi.blogspot.com/2013/07/balai-ummi-mempersiapkan-generasi-sejak.html
SUARA bocah perempuan itu terdengar
merdu saat melantunkan Surat As-Sajadah. Suasana di Mushalla Nurul Iman, di
Kompleks Yayasan Ummi Gampong Mesjid Aree, Kabupaten Pidie, terasa hening.
Padahal, di mushalla berbentuk rumah panggung itu terdapat 65 santri (perempuan
dan laki-laki) serta belasan ustazah. Mereka duduk bersila dalam empat deretan
panjang, mengikuti prosesi khatam Alquran.
Sejurus, para santri dan ustazah
itu serempak membacakan dua ayat terakhir dalam surat As-Sajadah. Suasana haru
langsung menyergap saat seisi mushalla bersujud di depan Alquran. Mereka
kemudian bangkit kembali dan kembali larut dalam prosesi khatam Alquran.
Sore itu, Senin 29 Juli 2013
Masehi, bertepatan 20 Ramadhan 1434 Hijriah, para santri Balai Ummi mengakhiri
kegiatan dan lomba tadarus yang sudah berlangsung sejak awal Ramadhan. Kegiatan
ini dirangkai dengan penyerahan santunan untuk 25 santri yatim, piatu, dan
yatim piatu, serta penyerahan bingkisan kepada 20 ustaz dan ustazah tetap di
Balai Pengajian Ummi.
Prosesi khatam Alquran ditutup
dengan tausiyah yang disampaikan oleh Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Cabang
Kota Banda Aceh, Tgk Mulyadi Nurdin, serta acara buka puasa bersama. Sebelumnya,
satu santri cilik juga unjuk kebolehannya dalam berpidato.
Ketua Yayasan Ummi, Hasan Basri
M Nur MAg mengatakan, lomba tadarus dan khatam Alquran merupakan kegiatan rutin
yang dilaksanakan Balai Ummi setiap bulan suci Ramadhan. “Namun, Ramadhan kali
ini terasa lebih istimewa, terutama karena mulai tahun ini kita sudah bisa
menyalurkan santunan untuk anak yatim,” kata Hasan Basri.
Menurutnya, proses pendidikan
usia dini di Balai Ummi sudah berlangsung sejak tahun 1972, di bawah asuhan
Ummi Hj Nurasyiah binti Muhammad Kasim. Namun baru pada tahun 2006 dikelola
secara profesional di bawah payung Yayasan Ummi Gampong Mesjid Aree.
Pada tahun 2007 Yayasan Ummi
mendapat kepercayaan dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BRR Aceh-Nias
untuk menyelenggarakan berbagai lomba dan kegiatan peningkatan kapasitas
anak-anak korban tsunami di barak pengungsi Keunire, Kabupaten Pidie.
Kini, setelah tujuh tahun
berselang, Balai Pengajian Ummi memiliki 184 santri aktif yang berasal dari
berbagai desa di Kecamatan Delima, Indrajaya, dan Mila. Sebanyak 94 santri
putra dan 90 santriwati itu belajar di 11 lokal TPA dan TQA, dipandu oleh 20
ustaz dan ustazah.
“Sebanyak 25 dari 184 santri itu
adalah anak yatim, piatu, dan yatim piatu. Sebagian berasal dari keluarga
miskin. Sehingga kita hanya membebankan SPP senilai Rp 10.000 per bulan pada
setiap santri, kecuali santri yatim yang hanya membayar setengahnya,” kata
Bendahara Yayasan Ummi, Aisyaturradhiah M Nur.
Selain dari iuran wajib santri,
beberapa orang tua santri yang mempunyai kelebihan kerap berinfaq untuk menutup
operasional, terutama jerih ustaz/ustazah yang mencapai Rp 4 juta per bulan.
Selebihnya berasal dari zakat, infak, dan sedekah, dari warga sekitar, serta
dari famili dan kolega pengurus Yayasan Ummi.
“Sampai saat ini kita belum
mendapatkan bantuan langsung dari Pemerintah Kabupaten maupun Provinsi. Tapi
Alhamdulliah, Allah membuka jalan sehingga semuanya berjalan lancar,” ungkap
Ummi Aisyaton.
Meski kerap kesulitan dana, namun Yayasan Ummi
terus berkiprah. “Alhamdulillah, beberapa waktu lalu kita mendapat kunjungan
sejumlah warga Malaysia yang kebetulan juga mengelola kegiatan serupa di sana.
Mereka kemudian mengajak bekerja sama, sehingga jalan kita untuk mempersiapkan
generasi Islami semakin terbuka lebar,” ujarnya.(hayatullah/Suara Darussalam Edisi I)
Kegiatan sehari-hari di Balai Pengajian Ummi, (foto: Januari 2012)